Peran Soekarno Sangatlah Vital Dalam Berdirinya Indonesia
1. Sebagai proklamator kemerdekaan Republik Indonesia
2. Sebagai perumus dasar negara Indonesia
3. Sebagai negosiator kemerdekaan Indonesia terhadap Jepang (Beliau merundingkannya dengan Kaisar Jepang
4. Sebagai pemersatu antar golongan tua dan golongan muda
5. Penyedia tempat proklamasi Kemederdekaan
6. Membantu rakyat Indonesia melakukan penentangan terhadap penjajah
- 1945, Agustus
Soekarno
dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada hari Jumat, 17
Agustus, pukul 10 pagi di Pegangsaan Timur (sekarang Jalan Proklamasi),
Jakarta. Kabinet pertama RI dibentuk hanya dua hari setelah Proklamasi
Kemerdekaan. Ahmad Soebardjo menjadi Menteri Luar Negeri pertama RI. Tanggal 19
Agustus menjadi hari berdirinya Kementerian Luar Negeri RI.
- 1945, September
Lapangan
Gambir (kini Lapangan Monas) menjadi ajang ribuan rakyat Indonesia mendengarkan
pidato Presiden Soekarno menyambut Proklamasi Kemerdekaan RI.
- 1946, April
Indonesia
mengirimkan misi diplomatik pertamanya ke Belanda untuk berunding dengan pihak
Sekutu dan Belanda.
- 1946, Agustus
Diplomasi
bantuan beras Indonesia untuk rakyat India yang sedang dilanda bencana
kelaparan. Pemerintah India membalas dengan mengirimkan obat-obatan, pakaian,
dan mesin yang dibutuhkan Indonesia.
- 1947
"Indonesia
Office" atau Kantor Urusan Indonesia didirikan di Singapura, Bangkok, dan
New Delhi untuk menjadi perwakilan resmi Pemerintah RI, sekaligus menembus
blokade ekonomi Belanda terhadap Indonesia. Radio "Voice of Free
Indonesia" disiarkan untuk pertama kalinya dari Yogyakarta.
- 1947, Maret
Indonesia
dan Belanda menandatangani Perjanjian Linggarjati, dimana pihak Belanda
mengakui kedaulatan RI hanya sebatas Jawa, Sumatra, dan Madura. Pemerintah
Mesir yang diwakili oleh Abdul Mounem menyampaikan pengakuan resminya terhadap
kemerdekaan Indonesia.
- 1947, Oktober
Kedatangan
Komisi Tiga Negara (Committee of Good Offices) ke Indonesia, mengemban mandat
Dewan Keamanan PBB untuk mengatasi sengketa Indonesia - Belanda. Para anggota
Komisi adalah Hakim Richard C. Kirby (Australia), mantan Perdana Menteri Paul
van Zeeland (Belgia), dan Rektor University of North Carolina Dr. Frank B.
Graham (AS).
- 1948, Januari
Perjanjian
gencatan senjata Indonesia-Belanda ditandatangani di atas kapal USS Renville.
Mewakili pihak Indonesia adalah Perdana Menteri Amir Sjarifuddin. Perjanjian
Renville merupakan hasil kerja Komisi Tiga Negara (KTN).
- 1948, September
Wakil
Presiden merangkap Perdana Menteri RI Mohammad Hatta menyampaikan
prinsip-prinsip kebijakan luar negeri RI yang bebas dan aktif di hadapan Sidang
Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Untuk menembus blokade
ekonomi Belanda, Menteri Kemakmuran RI Dr. A.K. Gani berangkat dalam sebuah
misi diplomatik ke Kuba untuk mengembangkan hubungan perdagangan dengan
negara-negara Amerika Latin. Pada tahun yang sama, Indonesia menandatangani
kontrak dagang dengan pengusaha AS dan membina hubungan dengan Bank Dunia.
- 1948, Desember
Belanda
menggelar agresi militer untuk kedua kalinya terhadap Indonesia. Presiden
Soekarno, Wapres Moh. Hatta dan Menteri Luar Negeri Agus Salim ditangkap
Belanda di ibukota Yogyakarta dan kemudian diasingkan ke Pulau Bangka, Sumatra.
Sidang Kabinet Darurat RI kemudian menunjuk Menteri Kemakmuran Sjafruddin
Prawiranegara agar membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
A.A. Maramis yang saat itu sedang berada di New Delhi menjadi Menteri Luar
Negeri PDRI.
- 1949, Januari
Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan resolusi agar Belanda dan Indonesia segera
menghentikan segala aktifitas militer. Belanda diminta DK PBB untuk segera
melepaskan semua tahanan politik yang ditahan sejak awal Agresi Militer II. Untuk
membantu Indonesia yang sedang diserang Belanda, India dengan dukungan Birma
menyelenggarakan Konferensi Asia mengenai Indonesia di New Delhi. Konferensi
dipimpin langsung oleh PM India Jawaharlal Nehru. Semua delegasi yang hadir
saat itu, mulai dari negara-negara Asia hingga Australia dan Selandia Baru dari
Pasifik, mengutuk Agresi Militer II Belanda. Pemerintah Birma (kini Myanmar)
memberikan dukungan bagi perjuangan Indonesia melawan Belanda dengan
mengizinkan pesawat "Indonesian Airways" Dakota RI-001 Seulawah untuk
beroperasi di Birma. Pesawat Seulawah adalah hadiah dari rakyat Aceh kepada
Presiden Soekarno. Selain itu, Birma juga memberikan bantuan peralatan radio
yang memungkinkan Indonesia membangun jaringan komunikasi radio antara pusat
pemerintahan RI di Jawa - PDRI di Sumatera - Perwakilan RI di Rangoon -
Perutusan RI untuk PBB di New York.
- 1949, Juli
Konferensi
Inter-Indonesia diselenggarakan diantara "negara-negara federal" di
Hindia Belanda, seperti: Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat,
Dayak Besar. Dalam Konferensi tersebut, negara-negara tersebut mendukung
penyerahan tanpa syarat kedaulatan mereka kepada Republik Indonesia.
- 1949, Desember
Persetujuan
Meja Bundar ditandatangani di Den Haag, mengakhiri konflik diantara Indonesia
dan Belanda. Pada hari yang sama (27 Desember 1949), Wakil Kerajaan Belanda
menyerahkan kekuasaan formal kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS)
di Jakarta, yang diwakili oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Penjabat
Perdana Menteri RIS. Presiden RI Soekarno kemudian membentuk kabinet
pertamanya. Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri RIS adalah Mohammad
Hatta.
Amerika
Serikat (AS) menjadi negara pertama yang membuka perwakilan diplomatik di
Jakarta setelah penyerahan kedaulatan Belanda kepada RIS, hanya tiga hari
setelah Konperensi Meja Bundar di Den Haag. Merle Cochran menjadi Duta Besar
pertama AS untuk Indonesia. Langkah AS itu kemudian segera disusul oleh
Inggris, Belanda, dan China.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar